Sejarah Baju Koko: Perpaduan Tradisi Islam dan Budaya Tionghoa

Oplus_131072

 

FAKTA GROUP – Baju koko adalah salah satu pakaian yang identik dengan budaya Muslim di Indonesia. Biasanya dikenakan oleh pria untuk beribadah, menghadiri acara keagamaan, atau kegiatan sehari-hari, baju koko memiliki desain sederhana namun sarat makna. Menariknya, pakaian ini memiliki akar sejarah yang erat kaitannya dengan tradisi Tionghoa.

Asal Usul Baju Koko

Sejarah baju koko dapat ditelusuri dari pakaian tradisional Tionghoa yang dikenal sebagai baju Tui-Khim atau Changshan. Baju Tui-Khim adalah pakaian pria Tionghoa yang memiliki ciri khas kerah tinggi, kancing di bagian depan, dan desain sederhana. Ketika para pedagang Tionghoa datang ke Nusantara pada abad ke-15, mereka membawa serta tradisi berpakaian ini.

Pada masa itu, interaksi antara pedagang Tionghoa dan penduduk lokal, termasuk komunitas Muslim, sangat erat. Banyak dari pedagang Tionghoa yang memeluk agama Islam dan berasimilasi dengan budaya lokal. Dalam proses tersebut, pakaian Tui-Khim mengalami modifikasi untuk menyesuaikan dengan nilai-nilai Islam.

Transformasi Menjadi Baju Koko

Nama “baju koko” sendiri diyakini berasal dari istilah “engko” atau “koko,” yang dalam bahasa Hokkien berarti kakak laki-laki. Istilah ini digunakan oleh masyarakat lokal untuk menyebut pria Tionghoa yang sering mengenakan pakaian tersebut. Lambat laun, pakaian ini diadopsi oleh masyarakat Muslim Indonesia, dengan beberapa perubahan:

  • Kerah Shanghai: Tetap mempertahankan kerah tinggi khas Tionghoa.
  • Desain Simpel: Pola dan motif pada baju Tui-Khim disederhanakan untuk mencerminkan kesederhanaan dalam Islam.
  • Fungsi Religius: Baju ini mulai digunakan untuk kegiatan keagamaan, seperti salat, pengajian, dan perayaan hari besar Islam.

Penyebaran dan Popularitas

Pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20, baju koko semakin populer di kalangan Muslim Indonesia. Pakaian ini menjadi simbol identitas Muslim yang unik karena menggabungkan nilai-nilai lokal dan pengaruh Tionghoa.

Selain di Indonesia, pakaian serupa juga ditemukan di negara-negara Asia lainnya, seperti Malaysia dan Singapura, dengan nama dan variasi desain yang berbeda.

Makna Filosofis

Baju koko bukan sekadar pakaian, tetapi juga simbol asimilasi budaya yang harmonis. Ia mencerminkan nilai-nilai toleransi, keberagaman, dan persatuan di tengah perbedaan budaya dan agama.

Modernisasi Baju Koko

Seiring perkembangan zaman, desain baju koko terus berkembang. Kini, baju koko hadir dengan berbagai variasi warna, motif bordir, dan bahan yang lebih modern. Meski demikian, esensi dan akar budayanya tetap dipertahankan.

Kesimpulan

Baju koko adalah bukti nyata dari perpaduan budaya Islam dan Tionghoa yang menghasilkan identitas unik dalam dunia busana. Dengan mengenakan baju koko, kita tidak hanya menjalankan tradisi keagamaan, tetapi juga merayakan sejarah panjang toleransi dan keberagaman di Nusantara.